Aku adalah seorang mahasiswi di salah satu perguruan tinggi di kota Bangko, kabupaten Merangin, provinsi Jambi. Namaku adalah Safira Triwati, teman teman ku biasanya memanggil ku dengan nama Fira. Sekarang sudah menginjak semester 3, jurusan Bahasa Inggris. Aku hanyalah seorang mahasiswi yang biasa-biasa saja, tidak pintar dan tidak pula bodoh, tidak cantik dan tidak pula terlalu jelek. Karakter ku adalah seorang gadis yang pendiam dan pemalu, tapi saat ini aku bahagia mempunyai teman-teman dan sahabat yang sangat mengerti aku, mereka sangat baik, aku bangga dan bahagia memiliki sahabat seperti mereka. Sedangkan latarbelakang ku terlahir dari keluarga sederhana, tidak kaya dan tidak terlalu miskin, ayahku seorang guru Sekolah Dasar, sedangkan ibu ku selain mengurusi rumah tangga dia juga bertani disawah, aku adalah satu-satunya anak perempuan dalam keluargaku, kakak tertua ku bernama Afdan yang sekarang sudah mengajar di SD sebagai guru honorer yang sudah menamatkan D2 PGSD di Bangko cabang Universitas Jambi bagian Penjaskes dan sampai sekarang belum menikah, kakakku yang kedua adalah Zain, yang juga kuliah semester 5 dengan mengambil jurusan Bahasa Indonesia di kampus yang sama denganku, dan yang bungsu adalah Ardi, dia masih duduk di bangku SD kelas 5.
Selama kuliah di Bangko aku ngekost bersama keempat sahabatku yaitu Meisya Sarah, Nurindia Hayati, Rima Mirnanda dan sepupu ku sendiri Rani Nurzahra, pertemanan kami berawal semenjak pertama kali kami masuk kuliah, dari awal kami sudah tinggal satu kost hingga sampai sekarang selama kuliah sudah tiga kali kami berpindah-pindah kost, dari kost yang pertama kami hanya mengontrak satu bulan karena hanya untuk keperluan saat kegiatan PKKMB dan kegiatan selama bulan Ramadhan, usai libur hari raya Idul Fitri kami kembali masuk kuliah sehingga kami pun harus mencari kost baru untuk dikontrak selama setahun, selama tinggal di kost baru kami hanya berempat tanpa Rima karena pada saat itu dia tidak diperbolehkan oleh ayahnya ngekost, namun tidak lama kemudian Rima pun mencari kost di tempat lain, semenjak itu kami berpisah dengan Rima namun kami masih tetap bisa berjumpa dikampus, dan diantara kami hanya aku seorang yang mengambil jurusan Bahasa Inggris, sedangkan mereka semua mengambil jurusan Bahasa Indonesia.
Tak terasa telah satu tahun kami melewati masa kuliah, bersamaan dengan itu masa kontrak rumah kami habis, kami pun sepakat untuk pindah kost lagi karena kami merasa tidak nyaman selama tinggal disana, dan akhirnya kami pun menemukan kost baru yang nyaman untuk kami tempati hingga sampai sekarang kebersamaan yang telah kami lewatkan selama lebih kurang dua tahun telah mengubah hubungan pertemanan kami menjadi hubungan persahabatan, bahkan lebih dari itu kami pun merasa sudah seperti saudara sendiri, yang semakan, seminum dan setidur, selama inggal di kost kami tidak pernah bertengkar atau pun berselisih paham karena diantara kami saling terbuka jika sedang mengalami masalah, maka keterbukaan adalah kunci awetnya hubungan, kami memberi sebuah nama genk untuk mengikat persahatan kami dengan nama FYAMARS yaitu singkatan dari nama kami Fira, Hayati, Rima, Rani dan Sarah.
***
Suasana kampus STKIP YPM BANGKO terlihat ramai, hari ini senin 21 desember 2009. Seperti biasanya setiap senin pukul 14.00 WIB adalah jadwal aku dan teman-teman sekelas kuliah bersama dosen Yelni Eryanti yang merupakan dosen pembimbing mata kuliah WRITING I. Saat ini waktu masih menunjukan pukul 13.55 WIB , kami masih harus menunggu sekitar lima menit lagi sebelum watunya masuk, aku dan sebagian teman lainnya masih nyantai di luar kelas, tepatnya di depan ruang enam, beberapa orang ada yang sedang berdiri didepan pintu kelas, sebagian sebagian sudah ada yang duduk nyantai didalam ruangan kelas, kami semua sedang menunggu kedatangan dosen, aku sendiri sedang duduk bersama Ria teman baikku di sebuah kursi panjang yang terletak didepan ruangan kelas..aku mengajaknya ngobrol hingga akhirnya dosen yang di tunggu-tunggu pun datang, kami semua pun masuk keruangan kelas dan duduk tenang menerima materi pelajaran dari dosen kami yang masih gadis ini, dosen berwajah hitam manis, berjilbab, dengan tubuh yang tinggi semampai , dosen kami yang satu ini pembawaannya kalem, tenang dan berwibawa, cara mengajarnya belum begitu santai, dia terlihat masih sedikit grogi. Hal ini wajar-wajar saja karena dia merupakan dosen baru dikampus ini, walaupun begitu aku dan teman-teman tetap menghargai, karena sebagai mahasiswa kami harus bisa bersikap baik kepada setiap dosen yang masuk, cara mengajarnya menurutku cukup baik, mudah dimengerti dan dipahami, dia punya pembawaan yang tenang, dan ini menjadi suatu nilai plus, dalam cara mengajarnya yang menurutku pelan tapi berisi, meskipun belum bisa dikatakan cepat, padat dan tepat, yang jelas kepintarannya sudah cukup memenuhi kriteria seorang dosen yang mempunyai wibawa dan ahli di bidangnya. Jujur dosen yang satu ini telah membuat aku terinspirasi, dan menambahkan semangatku untuk tetap optimis bahwa aku juga bisa seperti dia, sebagai pribadi yang kalem aku sempat ragu untuk bisa menjadi seorang guru yang nanti bisa mendidik para siswanya, sebab seorang guru harus pintar bicara sedangkan aku belum punya keberanian untuk mengeluarkan pendapat, sampai saat ini dikampus aku hanya bisa datang, duduk dan diam, lalu mendengar dosen ceramah, menulis dan memahami materi pelajaran. Namun disisi lain aku mempunya nilai plus dalam berfikir, tidak semua orang yang hobi membaca, bagiku membaca adalah berfikir untuk mengerti, sedangkan mendengar adalah untuk memahami, jadi dengan dua kemampuanku ini aku bisa dengan mudah menimba ilmu dari buku dan menambah wawasan dari mendengar, jadi menurutku guru tidak harus banyak bicara yang penting bisa membuat siswa mengerti dan memahami dengan apa yang kita sampaikan.
***
Dari jauh terlihat seorang wanita cantik berjilbab yang baru datang dengan mengendarai motor vario merah miliknya, setelah memarkir motornya dia membuka helm diatas kepalanya dan kemudian meletakannya diatas motornya, dia menampakan senyum di wajahnya sambil melihat kearahku dan Ria yang sedang berdiri dipintu kelas, gadis itu berjalan kearah kami.
“Kok kuliah, katanya lagi sakit?” Tanyaku kepadanya.
“Nggak udah sehat kok, tadi cuma lagi nggak enak badan aja, kepalaku sedikit pusing tapi sekarang udah nggak lagi, oh ya tadi suratku dibikin nggak Ri..?” Tanya Murni kepada Ria disebelahku.
“Ya….tadi udah kukasih suratnya sama bu Yelni..”Jawab Ria.
“Thanks ya…. Oya, pak Agung belum juga datang ya ! “
“Belum tuh..” Jawabku.
“ Tumben nih pak Agung lambat datang, biasanya beliau yang lebih dulu datang dari kita…” Ungkap Murni lagi.
“ Ya…mudah-mudahan aja pak Agung nya nggak datang sore ini soalnya aku lagi nggak ada mood untuk belajar, apalagi kalau sama bapak ini pulangnya tepat waktu banget, masih mending kalau pulangnya jam empat, lah ini pulangnya jam enam, gimana kalau pas mau pulang hujannya turun deras, angin kencang atau petir yang menyambar kan kita jadinya nggak bisa pulang…apalagi bagi teman-teman kita yang rumahnya jauh semakin besar resikonya…’ Ungkap Ria panjang lebar.
“Iya, emang ya tu bapak orangnya disiplin banget.” Balas Murni.
“ Pak Agung emang punya kedisiplinan yang tinggi, sebenarnya bagus sih bagi kita-kita yang kebanyakan pengen cepat-cepat pulang yang udah jelas-jelas nggak bermanfaat, emang apa sih yang ingin dikejar cepat pulang, mending nggak usah kuliah kalau pikiran Cuma mikirin untuk bersenang-senang diluar sedangkan ilmu nggak kita dapat…ya nggak??” Ungkapku.
Selang beberapa menit kemudian.
“ Ehh..bapak udah datanga tuh….masuk yuk….?” Ajak Ria.
Akhirny pak Agung datang juga, aku kira pak Agung nggak bakalan datang soalnya kedatangan pak Agung udah telat 15 menit. Akupun sedikit kesal didalam hati soalnya aku juga lagi malas belajar.
***
Setelah semuanya duduk dengan tenang, pak Agung dosen GRAMMAR III kami pun segera mulai menerangkan materi pelajaran untuk hari ini, yang sebelumnya sempat meminta maaf atas keterlambatannya. Dosen kami yang satu ini sangat berjiwa humoris, dalam mengajar tak jarang kami dibuatnya tertawa dengan pembawaannya yang menyenangkan dalam menerangkan pelajaran, dia lebih banyak menggunakan bahasa inggris dengan diselingi bahasa Indonesia, untuk sedikit menghibur beliau sering menggunakan bahasa inggris dengan logat medan atau jawa, yang jelas dosen kami yang satu ini mempunyai cara mengajar yang tidak membosankan, walaupun pulangnya tepat waktu tapi tidak membuat kami lelah menunggu, kadang tak terasa sudah waktunya pulang kami masih semangat untuk belajar, seperti halnya hari ini tak terasa waktu sudah menunjukan pukul 17.40 WIB. Kami pun akhirnya diperbolehkan pulang. Setelah sampai diluar ruangan kelas.
“Eh Fira..tunggu bentar ada yang mau aku omongin sama kamu…”. Panggil Murni kepadaku yang masih berada dibelakang teman-teman yang baru keluar, sedangkan aku sendiri sudah keluar paling duluan bersama Ria karena takut kemalaman nungguin ojek.
“Mau ngomongin apa Mur..?” Tanyaku.
“Begini Fir, kayaknya rencanaku untuk pulang minggu ini nggak jadi deh, soalnya hari kamis minggu ini kami masih masuk mata kuliah English Phonology sama pak Agung pertemuan terakhir dan lagi kemungkinan akan ada perbaikkan nilai mid semester, jadi aku nggak mau absent besok, jadi lain kali aja ya Fir kalau emang Fira pengen ikut aku pulkam..” Ucap Murni.
“Ya deh..nggak apa-apa ko Mur kalau emang Murni nggak bisa pulang minggu ini ya kapan-kapan aja deh..” Balasku.“ Ya udah kalau gitu kami pulang duluan ya Mur soalnya hari udah mau mulai gelap nih, nanti takut kemalaman nggak ada ojek.”
“ Oke, hati-hati ya..” Balas Murni.
“Oke…” Aku dan Ria pun beranjak pergi.
***
Pada hari selasa besoknya pukul dua siang kami kembali masuk kuliah dengan dosen pembimbing kami pak Abid Rahim Anggara yang mengampu mata kuliah Reading, sedikit informasi kalau dosen kami yang satu ini juga merupakan dosen baru yang masih bujangan, wajah lumayan ganteng, gaya cukup keren namun tidak begitu menjadi incaran para gadis di kampus, khususnya dikelas kami, beliau cukup pintar dalam berbahasa bahasa inggris namun belum begitu menguasai bagaimana menguasai teknik mengajar yang baik dan tepat untuk kelas mahasiswa, entah kenapa beliau juga seringkali berhalangan masuk, kadang Karena alasan kepentingan yang tidak bisa ditinggalkan, kadang ia sakit, yang jelas kehadirannya boleh dikatakan kurang dari 75% dari keseluruhan jumlah pertemuan yang ada. Seperti hal nya hari ini beliaupun tidak dapat hadir karena berhalangan sakit, kami belum bisa pulang karena masih ada jadwal pukul 16.00 WIB. Bersama dosen Elmaida, menjelang jam 4 kami terpaksa harus menunggu dikampus karena rumah lumayan jauh dari kampus.
Cuaca sore ini tiba-tiba mendung, langit mulai gelap seakan mau turun hujan deras, ternyata benar hujan pun turun begitu deras. Aku, Ria dan Murni berdiri diteras depan kelas ruangan tujuh mellihat derasnya hujan yang mulai sedikit reda.
“Eh..denger-denger Fira besok mau ikut Murni pulkam ya…?” Tanya Ria.
“Rencana nya sih iya tapi nggak jadi soalnya Murni nggak bisa pulang, katanya kamis besok mau ada perbaikan nilai mid semester sama pak Agung.” Jawabku
“Iya Ri, aku nggak jadi pulang besok, tapi…..beneran nggak sih pak Agung kamis besok masuk?” Tanya Murni kepada Ria yang sama-sama ngontrak mata kuliah English phonology.
“Kalau menurutku pak Agung pasti akan datang kamis besok, soalnya pak Agung kan dosen paling rajin.”Jawab Ria.
Hujan pun ternyata tak kunjung reda, Murni mengajak aku dan Ria duduk didalam kelas tapi aku belum mau karena masih pengen melihat suasana diluar, akhirnya hanya Murni dan Ria yang masuk kedalam. Akupun beranjak menghampiri Santi dan Susan yang juga sedang berdiri diluar, mereka terlihat sedang asyik mengobrol.
“Hai, lagi ngomongin apa sih…? Kelihatan seru banget..!” Ungkapku.
“ Eh kamu Fir, oh ya Murni bilang Fira mau ikut dia pulkam ya besok??” Tanya Susan kepadaku.
“Nggak jadi San, soalnya Murni masih ada kuliah hari kamis besok sama pak Agung” Jawabku.
“Oh..gitu ya, emang Fira beneran mau main ke desa kami?” Tanya Susan lagi.
“Ya mau lah….mumpung ada tawaran gratis jalan-jalan kan rugi kalau ditolak, lagian aku tu pengen banget melihat suasana didaerah kalian, melihat tradisi dan budaya nya orang sana, dan ini adalah kesempatan baik untuk aku dapat jalan-jalan kedaerah orang, kesempatan kan jarang yang datang dua kali, mana tau aja nanyi kalau aku udah nggak bisa kuliah lagi kan ini bisa jadi kenang-kenangan aku bersama kalian…”.
“Nah….kalau gitu gimana kalau Fira ikut bersama aku aja besok, atau nggak nanti sore soalnya aku rencananya juga mau pulkam minggu ini, gimana mau nggak Fir?”
“Gimana ya San, emang Susan beneran pengen ngajak aku?” Tanya ku lagi.
“Ya iya lah.lagian aku juga sendiri, kalau ada kamu kan enak, ada juga temen ngobrol.” Jawab Susan.
“Emang berangkatnya nanti sore juga ya..! nggak bisa di tunda besok pagi?”
“Ya… pengen nya sih nanti sore, sepulang kuliah, biasanya kan kita sama bu Elmaida cepat pulangnya, itu pun kalau hari nggak hujan, kalau seandainyanya hujan ya besok pagi aja kita berangkatnya, gimana mau nggak??” Tanya Susan.
“Oke lah kalau gitu aku mau deh….”Jawabku.
“Nah…gitu dong…tapi kalau seandainya kita nggak bisa berangkat nanti sore gimana kalau Fira nginap dirumahku aja, biar besok pagi kita bisa lansung berangkat dari rumahku dan nanti sepulang dari kuliah aku akan menemani Fira ke kost untuk jemput pakaian yang akan Fira bawa untuk besok dan sekalian pamit sama teman-teman Fira, gimana setuju nggak..??! Ajak Susan kepadaku.
“Hmm… gimana ya, ya deh kalau gitu.” Jawabku.
Tak terasa waktu berjalan, hujan pun mulai reda, jam masih menunjukan pukul 15.30 WIB. Kami masih harus menunggu setengah jam lagi sebelum masuk, akhirnya Murni dan Ria pun keluar dari ruangan dan menghampiri kami.
“Lagi ngomongin apaan sih..?” kayaknya seru banget nih, lagi ngomongin aku ya..!?
“Nggak kok..? Ni lagi ngomongin mengenai bahan materi untuk kelompok Reading kami nanti.” Jawabku.
“Ah.. masak sih….yang bener? Jangan-jangan kalian lagi pada ngomongin kami ya?!” Ungkap Murni lagi.
“Ya nggak lah….kalian kan teman yang baik, jadi nggak mungkin lah…”Balasku lagi.
“Ya udah kalau gitu kita duduk di kelas aja yuk…sambil nugguin dosen datang, kita nanti kan masuk di ruangan 6, nggak di kelas ini lagi..” Ajak Murni kepada kami. Kami pun pindah keruang 6 yang jaraknya dibatasi oleh ruang kantor jurusan PBS.
Setelah sampai dikelas, kami pun duduk di kursi, aku duduk bersebelahan dengan Murni.
“ Oh iya Mur, beneran nih Murni nggak jadi pulkam?? Kalau emang nggak rencananya aku ikut Susan nanti sore..”.
“Gimana ya Fir, sebenarnya aku pengen banget pulang tapi aku juga nggak mau ninggalin kuliah soalnya minggu ini pertemuan terakhir, ya paling tidak dengan kehadiran ku yang ful bisa menambah nilai mid semesterku yang kemaren anjlok..” Jawab Murni.
“O…gitu…, coba kalau Murni juga ikut pulkam ya, pasti tambah seru soalnya aku juga pengen melihat rumah Murni.” Ungkapku.
“Kalau emang pengen nanti Fira mampir aja kerumah, nanti sebelum kerumah Susan kalian akan lewat kok didepan rumahku.”
“Ahh…nggak lah Mur…mana berani aku mampir kerumah Murni sedangkan Murni nggak ada dirumah.” Jawabku.
“ Oh iya, hari kamis an kalau nggak salah kemaren aku lihat dikalender orang libur cuti…jangan-jangan kita libur nanti.” Ucap Ria yang juga sedang duduk dibelakangku.
“Hah……beneran Ri? Kalau gitu aku bisa pulang dong…! Tapi…ya nanti aku sendirian dong pulangnya..” Ungkap Murni lagi.
“Haa…ajak Ria aja Mur, gimana Mur mau nggak? Kan pas tu aku sama Susan Murni sama Ria.” Ajak ku kepada Ria.
“O iya ya, gimana Ri mau nggak ikut aku pulkam?” Ajak Murni kepada Ria.
“Wah..gimana ya, kalau berangkatnya nanti sore kayaknya nggak bisa deh, tapi kalau besok pagi insyaallah bisa.’
“Ya Ria, masa nggak bisa sih…ayolah,please….? Kalau ada Ria kan seru…” Ajakku semangat.
“Ya udah deh kita lihat nanti aja ya, kalau emang nggak memungkinkan nanti sore ya kita undur besok pagi aja, gimana Ri, kalau berangkatnya besok pagi harus mau ya…?” Ujar Murni.
“Kalau besok berangkatnya insyaallah diusahakan bisa.” Jawab Ria.
“Nah, gitu dong friend…”Ungkapku.
Di tengah perbincangan kami ada beberapa orang teman sekelas kami yang juga mau masuk kekelas untuk duduk ambil menuggu dosen datang.
“Ehh….tanyain aja ke Wiwit, bener nggak hari kamis nanti kita libur.” Suruh Ria kepada Murni dengan sedikit berbisik.
“Iya..ya, bentar aku tanyain. Wit, kamis besok kita kuliah nggak? Katanya di kalender orang libur cuti anak kuliahan libur juga nggak.” Tanya Murni kepada Wiwit yang tidak jauh duduk disebelahnya.
“O…itu Cuma libur cuti bagi orang kantoran, kalau anak kuliahan sama anak sekolahan nggak libur.” Ungkap Wiwit.
“O….gitu ya Wit, yaa……nggak jadi deh aku pulkam.” Ungkap Murni kecewa.
Tak lama kemudian dosen Elmaida datang, setelah semuanya masuk kedalam kelas peajaran pun di mulai dengan menampilkan diskusi dari kelompok yang akan tampil pada hari ini, usai diskusi dosen memberikan sedikit penjelasan mengenai materi yang telah dibahas oleh kelompo yang baru sja tampil. Karena semua kelompok sudah tampi semua akhirnya dosen menyampaikan kalau hari ini merupkan pertemuan terakhir, kami pun senang karena minggu depan sudah minggu tenang atau minggu libur sebelum ujian semester. Akhirnya dosen cantik yang masih gadis ini pun memperbolehkan kami pulang. Jam masih menunjukan pukul lima kami pun segera keluar dari ruangan untuk pulang. Sesampainya diluar Aku, Susan dan Ria berjalan beriringan kearah motor yang sedang di parker.
“Jadi mau berangkat sore ini juga San?” Tanya Murni kepada Susan didepanku yang akan mengendarai motor.
“Nggak tau nih Mur, pengennya sih sore ini juga, tapi lihat nanti aja deh..kalau cuaca mengizinkan..” Jawab Susan.
“Yuk Mur, Ria kami pulang duluan ya…” Pamit Susan.
“Oke, selamat jalan….hati-hati dijalan ya…?!” Saran Murni.
“Oke.” Balasku.
Akhirnya kami pun berangkat menuju ke rumah kost ku dengan motor Revo barunya Susan. Tak terasa akhirnya kamipun sampai didepan rumah yang berdiri tiga tingkat. Aku dan ketiga sahabatku yaitu Ira, Rani dan Hayati menempati tingkat yang kedua, tingkat yang paling atas ditempati oleh pemilik rumah yaitu seorang nenek yang tinggal bersama anak perempuannya yang sudah bersuami beserta ketiga orang anaknya yang masih kecil-kecil, yang paling besar sudah duduk dibangku SMP bernama Susi, sedangkan tingkat paling bawah masih baru dibangun untuk dijadikan tempat kost baru. Posisi rumah kost kami sebenarnya berada di atas bukit, yang mana rumah yang paling atas tepat berada ditepi jalan sehingga jika mereka mau keluar rumah tidak harus turun kebawah, kami pun jika mau masuk kerumah tidak harus melewati dari pintu rumah atas karena sudah ada jalan dan pintu masuk untuk masing-masing tingkat, rumah yang kami tempati ini sebenarnya sangat rawan gempa apalagi di posisi tingkat kedua yang kami tempati namun kami tidak terlalu takut karena kami percaya dengan takdir tuhan jika memang kematian belum digariskan dalam hidup kami maka sebahaya apapun musibah yang datang tidak akan mampu merenggut jiwa kami dan yang jelas tak seoarangpun diatas dunia ini yang bisa menghindari kematian sebab semua orang pasti akan mati dan hanya tuhan yang tahu kapan, dimana dan bagaimana kejadiannya saat ajal menjemput.
***
“Assalamualaikum….” Aku pun mengucapkan salam sambil ku ketok pintu rumah. Karena mungkin kurang kedengaran seperti bisa aku pun mengetok jendela kaca yang lebih keras bunyinya, akhirnya sayup-sayup terdengarlah balasan salam dari dalam dan diapun membukakan pintu.
“Eh…..udah pulang Fir…?”. Ternyata yang membukakan pintu adalah Hayati.
“Iya ..., O ya Rani sama Ira mana Ti?” Tanyaku keada Hayati.
“Ada, didalam….kalau Rani lagi mandi di belakang.” Jawab Hayati lagi.
“Oh….., yuk San,masuk dulu…” Ajak ku kepada Susan yang masih berdiri didepan pintu, dan kami pun masuk kedalam rumah.
“Siapa Fir…?” Tanya Ira dari ruangan tengah yang kami jadikan sebagai ruang dapur.
“Susan…., temanku dikampus.” Akupun menjawab dan lansung mengajak Susan menuju kekamar kami untuk mengambil pakaian yang akan di bawa.
“O iya Ra…,Ti… rencana nya aku mau ikut Susan pulkam sore ini, nggak apa-apa kan kalau aku pergi….?” Ungkap ku kepada mereka berdua.
“Ya…nggak apa-apa kok Fir, emang rencananya mau berapa lama Fira akan menginap disana..?” Terdengar suara Ira dari dapur yang kemudian beranjak masuk kekamar, dan kemudian duduk didekatku, Susan dan juga Hayati yang juga tengah duduk disampingku.
“Belum tau juga Ra, mungkin kalau nggak ada halangannya hari jum’at kami udah nyampe sini, ya kan San?” Tanyaku kepada Susan.
“Ya……kalau Fira mau pulangnya hari jum’at juga ya aku sih ngikut aja.” Jawab Susan.
Aku pun memilih baju di keranjang, dan memasukkannya ke dalam tas, sehelai baju dan celana panjang yang akan ku bawa untuk pakaian ganti ku disana nanti.
Di saat aku tengah mengambilkan pakaian, Hayati dan Ira nampak sedang terdiam melihatku, tidak seperti biasanya kedua sahabatku bersikap seperti ini, mereka seakan bersedih melihatku yang akan pergi meninggalkan mereka, aku pun tidak sampai hati melihatnya…perasaanku tersentuh dan terharu, mungkin inilah yang namanya persahabatan yang memeng sulit untuk di pisahkan, dalam setiap kebersmaan kami memang selalu sehilir semudik, begitu pun saat bepergian kami selalu kemana-mana berempat. Dalam hatiku bertanya apakah ini yang namanya sahabat sejati? Oh tuhan, beruntung sekali aku mempunyai sahabat seperti mereka, ingin rasanya aku meneteskan airmata karena terharu akan sikap yang mereka tunjukan. Aku hanya bisa menyembunyikan kesedihan ku didalam hati.
“Ya udah…., kami berangkat dulu ya, jangan sedih dong..aku jadi nggak tega nih ninggalin kalian seperti ini, aku nggak lama kok, paling Cuma dua hari…” Hiburku kepada mereka.
“Ya, sering-sering aja ya Fir ninggalin kami.” Canda Ira dengan sikap cueknya.
“Ya….. pengen nya sih sering, tapi ya nggak mungkin lah…nanti aku jadi nggak enak sama kalian, aku pun juga nggak tega ninggalin sahabat-sahabat sebaik kalian…., ya udah kami berangkat dulu ya, nanti bilang sama Rani kalau aku ikut Susan pulkam ke Masurai..” Ungkapku.
“Iya……hati-hati aja dijalan ya.” Balas Ira.
“Oke, kami berangkat dulu ya….daa…” pamit ku kepada mereka berdua.
Setelah berada diatas motor aku pun melambaikan tangan kerah Ira dan Hayati yang tengah berdiri didepan pintu melihat kepergian kami.
***
Di pertengahan jalan menuju kerumah kost Susan yang lumayan ncukup jauh jarak nya dari kost ku.
“Fir, tadi Murni ada ngomongin sesuatu nggak tentang aku?” Tanya Susan kepadaku.
“Oh…nggak, tadi dia Cuma cerita sama aku kalau dia lagi ada konflik sedikit sama Susan.” Jawabku.
“O…gitu ya…?” balas Susan.
“Iya, emang kenapa sih Susan nggak mau maafin dia, dia kan sudah minta maaf sama Susan, nggak baik lho San bermusuhan terus, kalian kan tinggal satu rumah..Cuma berdua aja, nanti kalian mau sampai kapan tidak bertegur sapa?” Ungkapku kepada Susan.
“Begini ya Fir, kalau persoalan maaf memaafkan itu gampang, oke lah aku maafin kesalan dia, tapi aku masih nggak terima dengan apa yang telah dia perbuat dengan kelalaiannya tadi malam, coba kamu pikir Fir, kalau aja tadi malam terjadi hal yang tidak di inginkan sama aku apa dia mau nanggung resikonya?” Ungkap Susan.
“Emang kesalahan apa sih San yang dia perbuat, sampai-sampai kamu sulit untuk memaafkannya.” Tanyaku lagi.
“Emang tadi Murni nggak cerita ya sama kamu..?” Tanya Susan balik.
“Cerita sih….Cuma aku kurang begitu dengar waktu dia ngomong di kelas tadi.”
“O…..jadi begini ya Fir, kemaren kan aku pergi ke pesta perkawinan nya teman aku di Sarolangun, kan jauh tuh dari Bangko ke Sarolangun, pulangnya udah sore, jadi pas nyampe rumah aku ketiduran karena kelelahan bawa motor sendiri, eh nggak tau nya tadi pagi pas aku bangun mau keluar buka pintu rumah ternyata nggak dikunci, aku pun heran kenapa pintu rumah nggak dikunci? Terus aku lihat pintu kamarnya Murni di kunci dari luar, aku udah sangka pasti tadi malam Murni nginap di rumah kawannya. Nah….yang aku marah kenapa dia tidak ngasih tau aku kalau dia mau nginap dirumah temannya, kan apa salah nya kalau dia panggil aku dan bilang kalau dia mau pergi biar aku kunci pintu…emang sih waktu itu aku lagi dikamar, mungkin bisa jadi kalau dia nggak tau kalau aku udah tidur saat itu tapi setidaknya kan dia bisa kasih tau dengan nelpon aku atau setidaknya sms kek….nah pas dia pulang kerumah, aku Tanyain ke dia kenapa semalam pergi nggak ngasih tau aku, bisa sia-sia jadinya kalau pintu rumah nggak dikunci, coba kalau semalam ada yang masuk rumah dan motor aku di curi emang Murni mau tanggung? Ya kalau motor masih mending lah bisa di cari atau diganti tapi kalau seandainya pencuri tersebut juga ingin bermaksud jahat ingin memperkosa aku apa jadinya hidup aku nanti, nggak ada seorangpun yang bisa mengembalikan kesucian diriku, maka seumur hidup aku nggak akan bisa memaafkan dia. Ya…beruntung tuhan tidak menyia-nyiakan hidupku semalam sehingga aku masih bisa tenang seperti ini, sedangkan Murni Cuma bisa berkata maaf, bagiku kata maaf darinya belum cukup membayar rasa cemasku, aku harap dengan kejadian ini Murni bisa lebih berhati-hati lagi dan jangan sampai terulang yang kedua kalinya.” Cerita Susan panjang lebar.
“Oh… jadi itu permasalahannya, oke sekarang aku baru ngerti.” Balasku.
Tak terasa kami pun sampai di rumah kost Susan, sebenarnya rumah tersebut adalah rumah Murni yang telah di beli oleh orang tuanya tepatnya berada didaerah perumahan BTN GAMBIR, untuk sementara dijadikan sebagai tempat tinggal Murni selama menjalani masa kuliahnya sedangkan orangtua dan keluarga Murni sendiri tinggal di Masurai daerah asalnya. Murni hanya tinggal sendirian karena itulah dia mengajak Susan tinggal di rumahnya, namun Susan tidak hanya asal numpang, disana ia ngontrak meskipun memang biayanya tidak semahal rumah kontrakan lainnya, ia hanya cukup membayar lima ratus ribu pertahun.
Sesampainya didepan rumah Susan.
“Gimana San, jadi pulkam sore ini juga? “ Tanya ku kepada Susan yang sedang meletakkan motor.
“Kalau menurut Fira gimana?” Tanya Susan balik.
“Ya…aku sih terserah Susan aja,mau pulang sore ini juga nggak apa-apa.” Jawabku.
“Gimana sebaiknya ya Fir, kelihatannya hari ni udah sore banget, lagian cowokku juga barusan sms kalau dia nyaranin besok pagi aja pulangnya soalnya hari ni udah sore banget, nanti takutnya terjadi apa-apa di perjalanan.”
“Ya, kalau begitu besok pagi aja deh kita berangkatnya, daripada nanti terjadi hal yang tidak-tidak sama kita..” Ungkapku.
“Ya deh, besok pagi aja kita berangkat.” Balas Susan.
Susan pun melihat kearah pintu masuk yang ternyata masih dikunci.
“O……, ni Murni pasti lagi mampir kerumah temannya.” Susan pun membukakan kunci rumah dengan kunci yang dipegangnya, Susan dan Murni masing-masing membawa satu kunci.
“Ayo Fir, masuk…!” Ajak Susan kepadaku..dan kami pun masuk rumah, Susan membuka kunci kamarnya, ia pun meletakkan tas dan menukar pakaian ganti begitupun denganku, kemudian Susan pergi kedapur untuk masak nasi dan sambal untuk makan malam, aku juga ikut membantu. Usai membantu aku pun beranjak kekamar untuk sekedar berbaring melepas lelah, tak lama kemudian terdengar suara bunyi motor berhenti didepan rumah.
“Asslmualaikum…” Terdengar oleh ku suara seorang lelaki yang lansung membuka pintu dan kemudian terdengar gerak geriknya yang lansung masuk rumah.
“Waalaikum salam.. eh bapak….!?” Sambut Susan kepada lelaki yang datang tersebut.
“Iya San, tadi bapak sama ibu ke Bangko ada keperluan sedikit, jadi sekalian mala mini bapak sama ibu nginap sini, oh ya Murni mana San?” Tanya seorang lelaki tersebut yang ternyata adalah ayahnya Murni beserta juga ibunya yang datang dari desa.
“Murni belum pulang pak, mungkin tadi sepulang kuliah dia mampir main kerumah temannya.” Jawab Susan.
“Kok udah mau hamper malam gini belum juga pulang? Coba kamu telpon dia San, bilang kalau bapak sama ibu sekarang lagi ada dirumah.” Suruh ayah nya Murni kepada Susan.
“Ya, sbentar pak ya ssaya ambil dulu handphone saya dikamar.” Susan pun lansung menuju kekamar.
“Siapa San, orangtuanya Murni ya…?” Tanyaku.
“Iya Fir, mereka mau nginap sini nanti malam, ni aku lagi disuruh nelpon Murni oleh ayahnya untuk disuruh pulang.” Susan pun lansung menelpon Murni.
“ Tuiit…tuiit…, Halo Mur…”
“Ya, ada apa San?”
“Lagi dimana sekarang? Cepat pulang ya, ni di rumah lagi ada bapak sama ibu amu mau nginap sini nanti malam.”
“ O ya ya, bentar lagi aku akan pulang.”
Lalu Susan pun menutup telepon. Tidak lama kemudian Murni pun pulang kerumah.
“Assalamualaikum..”
“Waalaikum salam, dari mana saja kamu Mur?” Tanya ayahnya Murni.
“Tadi sepulang kuliah Murni mampir kerumah teman, oh ya udah lama datang pak?”
“Lumayan lama, bapak sama ibu ada keperluan sedikit ke Bangko, jadi sekalian nginap sini satu malam, besok pulang.” Jawab ayah Murni.
“O…..ya udah, ni ada gorengan sedikit tadi Murni beli di luar, O ya Susan makan gorengan sini yuk..!” Ajak Murni kepada Susan.
“Ya Mur duluan aja makannya, ni lagi nanggung..lagi masak sambal.” Jawa Susan dari dapur.
“Oya, Fira mana San..?” Tanya Murni.
“Ada tuch lagi dikamar.”
“Fir, sini yuk makan gorengan, ayok lah keluar…ngapain sih di dalam kamar?” Ajak Murni kepadaku.
“Iya Mur, bentar lagi aku keluar.” Jawabku.
Aku pun keluar dari kamar dan duduk didekat Murni.
“Ni Fir, gorengannya dimakan, tadi aku beli diluar, gimana jadi mau ikut Susan pulkam besok?” Tanya Murni kepadaku.
“Ya, jadilah…” Jawabku.
“Oh iya orang mana teman mu Mur?” tiba-tiba ayahnya Murni bertanya.
“Orang Rantau panjang pak.” Jawab Murni.
“Rantau panjang mana? Ayah Murni pun bertanya kepadaku.
“Rantau panjang Tabir pak.” Jawabku.
“O….., kuliah juga?” Tanya nya lagi.
“Iya pak, satu kelas sama Murni.” Jawabku lagi.
“Tinggal sama orangtua atau ngekost..?”
“Ngekost pak, dilorong Kampar.” Balasku.
“Oh iya, dia mau ke Masurai besok pagi pak,bareng Susan. Rencananya kemaren mau berangkatnya sama Murni, tapi Murni belum bisa pulang minggu ini soalnya Murni masih ada kuliah hari kamis.” Tambah Murni lagi.
Setelah ngobrol-ngobrol kami pun makan malam bersama.
***
Pada besok paginya Rabu, 23 Desember 2009 sekitar pukul 9 pagi aku dan Susan sudah siap untuk berangkat, sesampainya didepan pintu kami pun berpamitan kepada Murni.
“Yuk Mur, kami berangkat dulu.. hati-hati aja y dirumah.” Pamit ku kepada Murni sedangkan kedua orangtuanya Murni dari pukul 8 pagi tadi sudh berangkat.
“Ya…. Hati-hati aja dijalan, oya nanti mampir kerumah aku ya Fir.”
“Insyaallah kalau brani ya Mur.” Balasku.
Setelah Susan memanaskan mesin motornya dan siap untuk berangkat, aku pun segera naik motor dan dudk dibelakang Susan.
“Bye…Mur, selamat tinggal.” Ucapku.
“Bye….hati-hati ya..” Balas Murni.
Kami pun berangkat meninggalkan Murni yang tinggal sendirian.
Ini merupakan pertama kalinya aku menempuhi perjalanan ke daerah Lembah Masurai, ditengah perjalanan aku begitu menikmati pemandangan alam disetiap desa yang kami tempuhi. Beberapa desa yang akan kami lewaati mencakup menjadi beberapa kecamatan, kami harus melewati sekitar dua atau tiga kecamatan, dan seperti yang pernah Tuti bilang kepadaku jarak yang kami tempuh untuk sampai disana akan memakan waktu sekitar dua sampai tiga jam, aku rasa jalan yang kami tempuhi sangat mirip seperti jalan ke daerah Sumtra Barat, Padang..karena disini ternyata jalannya juga banyak menempuhi perbukitan sehingga harus menurun dan mendaki terus dengan bengkolan-bengkolannya yang menurutku pasti sangat rawan kecelakaan. Kondisi jalan yang kami tempuhi diseiap desa lumayan cukup bagus, hampir keseluruhan sudah di aspal, sepertinya dibeberapa desa ada yang sudah sering diperbaiki sehingga jalannya sangat lancer dan aman, namun dibeberapa daerah tertentu juga ada yang sudah mulai rusak tapi tidak begitu parah dan sebagian lagi masih ada yang sedang dalam tahap perbaikan.
***
Setelah melewati desa Pulau Rengas dan Sekancing, ditengah jalan tiba-tiba hujan turun, kami pun numpang berteduh didepan sebuah rumah ecil yang sederhana tepatnya berada disamping rumah Sekolah Dasar. Semua pintu rumahnya tertutup, kami tidak tahu apakah penghuni rumah sedang berada didalam atau tid, kebetulan didepan rumah terdapat kursi kayu panjang yang lumayan cukup nyaman untuk kami duduki sambil menuggu hujan berhenti.
Sekitar lima menit kemudian hujan pun muai reda, dalam keadaan hujan masih gerimis kamipun nekat melanjutkan perjalanan sebab saat ini memang lagi sedang musim hujan, kadang disini hujan bisa turun seharian dari pagi hingga sore atau dari sore hingga malam. Saat melewati desa berikutnya, lagi-lagi kami kehujanan namun tidak begitu deras tapi jika perjalanan dilanjutkan pakaian kami akan basah, kamipun terpaksa harus mencari tempat berteduh lagi namun disini tak satupun terlihat rumah penduduk karena disekitar sini daerahnya masih banyak hutan dan perkebunan karet penduduk. Tidak lama akhirnya dari jauh terlihatlah rumah pondok keci yang kemungkinan sudah ditinggal oleh penghuninya, disana ternyata juga ada bapak-bapak berseragam dinas dengan berjaketkan mantel hitam-hitam yang juga tengah berteduh yan ternyata mereka adalah para kepala SD yang akan pergi mengikuti rapat kepala sekolah, ternyata salah satu dari bapak tersebut adalah masih merupakan family dari Susan.Setelah hujan mulai reda akhirnya ketiga bapak-bapak tersebut pergi, tidak lama kemudian kami pun juga pergi untuk melanjutkan perjalanan.
“San, yang namanya daerah Siau itu dimana sih? Udah lewat belum? “ Tanyaku epada Susan.
“Oh…. Siau, ni nggak jauh lagi kok, setelah ini kita akan melewati daerah Siau. Emang kenapa Fir..? “Tanya Susan penasaran.
“Ahh… nggak kok Cuma nanya aja, oh ya yang daerah pasar Siau nya tau nggak?” Tanyaku lagi.
“Nah…..kan, pasti ada apa-apanya ni..! kamu punya kenalan orang Siau ya..??”. Tanya Susan kepadaku.
“Begini San, sekitar sebulan yang lalu aku kenalan dengan seorang cowok di HP, kerjaannya nyopir mobil, katanya sih dia orang Siau tepatnya dipasar Siau rumahnya,, lumayan cukup lama lah kenalan di HP, kami sering sms’an tapi kami belum pernah ketemuan karena belum ada kesempatan untuk bertemu soalnya dia juga sibuk nyopir, makanya aku penasaran dengan orangnya, kalau nggak bisa ketemu orangnya ya paling tidak aku tau daerah tempat tinggalnya”.
“Ohhh…..namanya siapa? Mana tau aja kalau aku kenal sama dia”.
“Namanya Anto…dia Cuma tamat SMA, kenal nggak..?”
“Anto….. wah kalau yang namanya Anto sih kayaknya aku nggak ada yang kenal”. Balas Susan
“Ohhhh…..nggak kenal ya San??”
Sekitar lima menit kemudian.
“Nahh…ini nih Fir yang namanya pasar Siau, oh ya kita berhenti disini sebentar ya Fir, soalnya tadi ada teman aku yang minta jemputin bajunya yang dijahit disini”.
Kamipun turun dari motor didepan sebuah toko jahit, kamipun berjalan kearah toko tersebut.
“Permisi Mbak… kami mau ambil bajunya teman yang katanya dijahit disini kemaren, baju kebaya..udah selesai kan mbak.??
“Ohh ya udah selesai, mau diambil sekarang?” Tanya Mbak itu.
“Bayarannya berapa bak..?? Tanya Susan.
“Sembilan puluh ribu dek”. Jawah si penjahit tersebut.
“Fir, boleh pijam duit 50 ribu ngggak??” Tanya Susan kepadaku.
“Wahh.. maaf ya San aku nggak bawa duit banyak, Cuma ada tiga puluh ribu”. Jawabku.
“Ohh ya udah nggak apa-apa..” Lalu Susan pun mendekati si penjahit lagi.
“Maaf Mbak nggak jadi ambil bajunya soalnya duit kami nggak cukup, nanti biar yang punya ngambil bajunya sendiri disini”.
“Ohh ya udah kalau gitu nggak apa-apa dek”.
“Makasih Mbak ya..??”.
“Ya…..’ Balas nya.
Lalu kami pun naik motor dan melanjutkan perjalanan kami lagi, desa demi desa telah kami lewati hingga saat menempuh sebuah desa yang bernama desa Paradun kami lagi-lagi kehujanan, tak lama saat hujan turun kamipun mencari tempat berteduh agar tak kebasahan, Susan memberhentikan motor didepan sebuah rumah toko kecil yang terlihat cukup nyaman untuk tempat berteduh, awalnya aku menyangka rumah toko ini sudah tidak dihuni lagi karena melihat dari pekarangannya yang sudah tak terurus lagi, namun ternyata didepan rumah toko ini ada seorang cowok yang sedang berdiri, sepertinya dia baru bangun dari tidur karena dia hanya memakai celana pendek dan tidak memakai baju, saat aku melihat wajahnya aku sedikit terkejut karena sepertinya aku merasa aku pernah mengenal wajah cowok ini sebelumnya tapi aku lupa dimana dan kapan aku bertemu dia, akupun mencoba mengingat kembali tentang siapa cowok ini, akupun duduk diatas tempat duduk yang ada diteras rumah, diikuti oleh Susan yang baru saja selesai memarkir motor.
“Kami mau numpang berteduh bang..boleh kan?” Tanya Susan kepada cowok tersebut, dan sepertinya mereka udah saling kenal.
“O ya silahkan.. mau pulang ke Masurai ya?”.
“Iya bang, mau pulang….ni kehujanan terus dari tadi”. Jawab Susan.
“Oh ya siapa temanmu San, orang mana?”. Tanya cowok tersebut.
“Oh..dia Fira temanku. Masak nggak kenal sih, katanya dulu kan kalian pernah kenal..iya kan Fir?. Susan pun malah bertanya kepadaku.
“O…..Iya aku baru ingat, kalau nggak salah dia ni bang Hondy kan??..Oh jadi disini ya rumahnya?”. Ungkapku.
Kelihatannya cowok tersebut masih bingung dan dia mencoba mengingat ingat kembali.
“Ahhh masak sih abang udah lupa sama dia, coba di ingat-ingat lagi..” Tambah Susan lagi.
“Iya wajar lah San dia lupa sama aku soalnya waktu itu kami udah lama kenalnya, kalau nggak salah waktu kita masih semester satu, lagian kami kenalnya juga Cuma lewat HP kok, dan dia melihatku Cuma satu kali…ya nggak bang?? Mungkin kalau sama Nuraini abang baru ingat, soalnya dulu abang naksirnya sama dia kan??”. Ungkapku.
“O Iya abang baru ingat, kamu Fira yang dulu kita sering smsan itu ya, yang orangnya pemalu, tapi kok sekarang udah beda ya..!?”. Ungkap cowok tersebut.
“Beda gimana? Perasaanku orangnya ya kayak gini aja, kalu soal penampilan ya wajar lah beda…soalnya waktu abang lihat dulu aku pake baju tidur..”. Ungkapku.
“Ya.. pokoknya beda lah..! Balas cowok itu lagi. Oh ya Ayu gimana kabarnya? Dan teman-teman Fira yang dulu, siapa-siapa sih namanya, saya lupa. Masih ngekost ditempat yang dulu ya..?!.
“Nah..kan, kalau sama Ayu abang ingat, tapi sama aku nggak ingat lagi? Kabar Ayu baik dan teman-teman yang lain juga baik, kami udah nggak ngekost disana lagi…sekarang udah pindah kelorong Kampar”. Jawabku.
“Oh ya kirim salam aja ya buat mereka semua”. Ungkap cowok berkulit putih tersebut.
“Oke, nanti aku sampaikan..!. Balasku.
“Ngomong-ngomong udah punya pacar belum nihh? Dulu temannya pernah bilang katanya Fira belum pernah pacaran, masak sih udah kuliah belum juga punya pacar?! Dulu abang tawarin untuk jadi cewek abang nggak mau?? Oh ya dulu kenapa sih kalau abang telpon nggak pernah mau angkat??”.
“Waduh..gimana bang ya, abang kan tau sendiri kalau aku ini orangnya sangat pemalu, pendiam juga..jadi sulit bagi aku untuk deketin cowok, lagian aku juga bukan tipe cewek yang suka ngejar-ngejar cowok..atau pun yang suka nyari perhatian cowok, biarlah cowok itu datang sendiri kalau emang dia cinta, dan aku pun juga nggak mau asal menerima cinta dari seorang cowok yang tidak aku cintai, aku mencari pasangan itu yang benar-benar aku cintai, bukan karena yang lain sebab cinta itu tidak memandang harta kekayaan tau pun jabatan yang penting seagama, dan dia mau menerima aku apa adanya bukan karena ada apanya..” Ungkap ku dengan panjang lebar.
“Ohhh gitu ya, jadi sekarang udah nemuin belum cinta sejatinya??”.
“Rahasia dong..?! Balasku singkat.
“Ya elah pake rahasia2 segala, Oya kalau Susan gimana kabar dengan pacarnya..?. Cowok itupun mengalihkan pertanyaannya kepada Susan yang duduk disebelahku.
“Alhamdulillah hubungan kami sampai sekarang masih bertahan, abang sendiri gimana?kenalin dong siapa sih pacar abang sekarang? Susan pun balik bertanya.
“Cewek abang sekarang orang Kerinci, tapi sekarang dia tinggalnya ngekost juga di Bangko”.
“Oh..tinggal di Bangko juga ya, berarti sering dong abang keBangko? Ungkap Susan lagi.
“Ahh nggak juga paling Cuma malam minggu doang”.jawabnya.
“Ehmm..gimana San, hujan udah berhenti, kita berangakat aja lagi yuk?!. Ajakku kepada Susan.
“Oke, kayaknya cuaca udah mulai bagus nih, mudah-mudahan nanti kita nggak kehujanan lagi biar cepat nyampe rumah. “ Yuk Bang Hondy kami berangkat dulu ya..! “. Pamit Susan.
“Eh nggak masuk rumah dulu nih, kalau mau minum saya ambilin..mau minum teh panas atau minuman yang dingin?biar saya ambilin”.
“Nggak…nggak usah bang makasih banyak, kami nggak haus kok bang”. Jawabku.
Susan pun menghidupkan mesin motor dan akupun naik motor duduk dibelakang Susan.
“Yuk bang, kami berangkat dulu…! Aku dan Susan pamit bersamaan.
“Oh ya sayang… hati-hati ya dijalan..! Cowok yang suka bercanda itu sepertinya udah biasa memanggil dengan sapaan sayang kepada setiap cewek.
***
Setelah setengah jam melewati jalan yang berbukit-bukit akhirnya kami sampai juga di tanah kecamatan Lembah Masurai tepat nya dipasar Lembah Masurai, ternyata rumah Susan tidak jauh berada didekat pasar. Sesampainya dirumah Susan kami langsung masuk, kebetulan orangtuanya Susan sedang tidak berada dirumah, ayahnya masih di Bangko membawa adiknya Susan berobat karena beberapa hari yang lalu dia kecelakaan dari motor, sedangkan ibunya sedang kerumah tetangga membantu ibu-ibu disana masak karena besok akan ada acara resepsi pernikahan dirumah salah satu tetangganya. Ternyata Susan mempunyai dua orang adik perempuan yang yang masih bersekolah di SMP, dia bernama Roza, dan yang paling bungsu bernama Yunani yang masih duduk dibangku SD, mereka semua cantik-cantik. Susan juga memiliki dua kakak perempuan yang semuanya sudah berkeluarga dan sudah tinggal dirumah mereka masing-masing.
Kami sampai dirumah Susan lebih kurangnya sekitar pukul 12 siang. Cuaca yang dingin membuat kami tertidur pulas karena kelelahan, karena begitu nyenyaknya hingga aku terbangun melihat hari sudah sore, Saat aku bangun ternyata Susan sudah tidak ada disamping aku tidur, samara-samar aku mendengar suaranya yang sedang telponan dengan cowoknya dari arah dapur, karena belum tergerak untuk bangkit dari tempat tidur aku pun mendengar lagu di HP ku, tak lama Susan pun masuk kamar.
“Ehh udah bangun Fir?”. Nyenyak sekali tidurnya.
“Iya San, nggak kerasa ternyata hari udah sore soalnya tidur disini enak banget, maklumlah kalau dirumah aku nggak punya kasur sprintbed seperti ini.. Oh ya ortu kamu udah pulang belum San?”. Tanyaku.
“Belum Fir, mungkin bentar lagi mereka pulangnya..gimana kalau kita makan aja dulu, soalnya perut udah lapar banget nih.. yuk?!”. Ajak Susan.
Akupun ikut Susan kedapur untuk makan. Usai makan aku keruang tengah nonton Tv yang sudah dihidupkan oleh Susan sedangkan Susan membersihkan rumah, tak lama kemudian akhirnya ibunya Susan pulang dan selang lima menit kemudian ayahnya Susan juga pulang bersama Roza adiknya Susan. Merekapun duduk diruang tengah tidak jauh dari dari tempatku duduk, mereka membawa buah-buahan sedikit oleh-oleh yang dibawa dari Bangko yang kebetulan lagi sedang musim buah-buahan.
“Pukul berapa tadi pulangnya dari Bangko San?”. Tanya ayahnya Susan yang sudah duduk disebelahku.
“Berangkat dari Bangko sekitar jam 9, terus nyampe rumah sebelum dzuhur”. Jawab Susan.
“Ni ada sedikit buah-buahan bapak bawa tadi dari Bangko. Oh ya siapa nama temanmu San?”.
“Fira pak.” Jawab Susan.
“Ayo Fir, dimakan nih buah-buahannya, jangan malu malu, ambil saja…ada buah duku, jeruk..pilih aja mana yang dimau”. Suruh ayah Susan.
“Iya pak..”. Balasku singkat.
“Dari mana asalmu Fir?”. Tanya ayah Susan lagi.
“Dari Rantau Panjang Tabir pak..”. Jawabku.
“Wah..jauh tuh Fir, sebelumnya udah pernah masuk ke daerah sini beum?” Tanya nya.
“Belum pernah sama sekali pak, baru ini kali pertamanya”.
“Dia ingin sekali melihat daerah sini pak, makanya Susan ajak dia ikut kesini bareng Susan, mana tau aja nanti kan Susan juga bisa ikut main ke daerahnya Fira, boleh kan pak?””. Sambung Susan.
“Ya kalau bapak sih boleh boleh saja San, kalau emang kamu ingin main kesana silahkan bapak izinkan biar bisa nambah pengalaman kamu juga melihat daerah lain, tapi bagaimana dengan Fira nya mau nggak dia bawa kamu ikut kerumahnya?.
“Boleh kan Fir?”. Tanya Susan kepada ku.
“Boleh banget San, dengan senang hati… nanti kalau ada kesempatan aku pasti akan mengajak kamu main kerumahku”. Jawabku.
“Di Bangkotinggalnya sama siapa Fir?”. Tanya ibunya Susan kepadaku.
“Ngekost buk, sama teman-teman dari Rantau Panjang juga”. Jawabku.
“Berapa bayar kontrakannya disana?”.
“Untuk satu tahun dua juta setengah, , jadi dibagi kami orang empat”. Jawabku lagi.
“Orangtuanya Fira tinggal di Rantau Panjang?”.
“Iya buk, orangtua sekarang tinggal di Rantau panjang, karena bapak dan ibu keduanya asli dari Rantau Panjang”.
“Ya..beginilah Fir daerah Masurai, cuacanya lumayan dingin”. Tambah ibunya Susan.
“Enak kok buk…udaranya sejuk, kalau didaerah kami panas kecuali kalau emang lagi musim hujan”. Tambahku lagi.
***
Tak terasa hari mau hampir malam, aku dan Susan pun masuk kekamar.
“Fir, nanti malam mau nggak ikut aku??” Tiba-tiba Susan bertanya kepadaku.
“Ikut kemana San? Tanyaku penasaran.
“Begini…besok kan dirumah temanku ada yang mau mengadakan acara pernikahan sekaligus resepsi pernikahannya, akan ada hiburan organ tunggalnya juga, jadi malam ini pasti rame, nanti disana kita melihat orang bikin dekorasi, sekalian juga bantu bantu mereka”. Terang Susan kepadaku.
“O….., ya mau nggak mau sih harus ikut daripada diruamah kan juga nggak ada kerjaan sekalian mau melihat calon pengantin wanitanya”. Balasku.
“Oke, sekarang kita mandi, trus nanti Fira pake baju ganti aku aja, nanti sekitar jam 7 baru kita kesana. Oke??”.
“Oke..”. Balasku.
Usai mandi duluna akupun mengenakan pakaian ganti yang telah disediakan oleh Susan, sedangkan Susan baru mau mandi setelahku.
***
Waktupun sudah menunjukan pukul 7 lewat, aku dan Susan pun sudah siap untuk berangkat, saat keluar dari kamar kami pun segera menuju keruang tengah, disana ayah dan ibunya Susan sedang nonton TV, Kamipun pamit kepada mereka. Ternyata jarak rumah nya Susan dengan rumah temannya tidak terlalu jauh jadi kami cukup berjalan kaki saja untuk menuju kesana. Dijalan Susan mengajak ku singgah sebentar kerumah temannya yang jarak rumahnya hanya sekitar beberapa meter dari rumah Susan, terlihat disana beberapa anak muda yang sedang nyantai duduk diteras rumah tersebut.
“Artika nya ada nggak??”. Tanya Susan kepada salah seorang cewek yang sedang duduk disana.
“Ada San didalam..”. Balasnya yang kemudian berteriak memanggil Artika.”Tika..ada Susan nih diluar..!” Panggilnya.
“Ya..masuk aja San..!” Teriak cewek itu dari dalam.
Susan pun mengajak aku masuk kedalam rumah yang berbentuk seperti rumah kost tersebut karena ruangannya yang panjang kebelakang dan agak sedikit berantakan isi didalam rumahnya. Ternyata didalam rumah tersebut hanya dia seorang, cewek itu pun mengajak kami masuk kedalam kamarnya.
“Oh ya, kenalin Tik, ni teman aku Fira”.
“O, iya perkenalkan aku Tika..” Cewek tersebut menyebutkan namanya dan mengulurkan tangan hingga kamipun saling berjabat tangan.
“Fira”. Balasku.
“Aslinya dari mana?” Dia pun bertanya.
“Rantau Panjang Tabir”. Jawabku.
“Oh…teman kuliahnya Susan ya?”.
“Iya”. Balasku lagi.
“O iya duduk dulu..Fir, San.. sebentar ya aku ganti baju dulu”. Ungkapnya.
Usai dia ganti baju kamipun berangkat menuju kerumah temannya Susan dan Tika tersebut. Ternyata rumah yang hendak kami tuju berada dipersimpangan jalan simpang tiga, dari jauh sudah terlihat keramaian disana, kebanyakan dari mereka adalah pemuda pemudi yang sedang mau memulai mendekorasi pentas. Setelah sampai disana kami pun duduk didekat para gadis yang sedang berkumpul sambil bersenda gurau bersama pengantin wanitanaya yang tengah duduk ditengah tegah mereka. Suasana pun terasa semakin bertambah seru dengan hiburan lagu lagu pop house yang di putarkan di VCD dan salon oleh para cowok atau pemuda pemuda yang juga tengah berkumpul disana.
Tak lama kemudian sebagian dari para cowok pun beranjak menuju pentsa yang tidak jauh berada dihalaman depan untuk segera mulai mendekorasi, para cewek pun ikut membantu namun hanya sebagian saja yang mau, Susan pun mengajakku ikut naik keatas pentas untuk ikut membantu mereka. Diatas pentas Susan memperkenalkanku dengan seorang cowok yang adalah asli pemuda sana, cowok itu pun berjabat tangan dengan ku sambil dia menyebutkan namanya dan akupun menyebutkan namaku, dia juga menanyakan daerah asalku, perkenalan ini hanya sekilas saja karena orang orang sudah mulai bekerja.
Para cowok dan cewek pun saling bekerjasama dalam mendekorasi, Susan pun ikut membantu, hanya aku saja yang terkadang duduk dan berdiri menyaksikan mereka yang tengah sibuk, ingin ikut membantu tapi takut hanya merepotkan saja karena aku pun belum berpengalaman dalam menghiasi pentas, lagian sepertinya mereka juga tidak kekurangan orang untuk mendekorasi sehingga tak perlu lagi bantuan dari ku ynag juga pemuda daerah sana. Disela sela bekerja ku lihat Susan tengah dirayu oleh seorang cowok yang awal pertama naik pentas tadi juga sempat berkenalan denganku. Susan juga yang mengenalkanku dengannya. Cowok itu terlihat orangnya suka sekalli bergurau, orangnya asyik dan pintar merayu. Ternyata cowok itu menyukai Susan, tak malu malu lagi didepan kami dia selalu mengedipkan matanya kearah Susan dan mata nya tak henti hentinya melirik kearah Susan, begitupun kata kata pujian selalu keluar dari mulutnya, dia memuji kecantikan yang dimiliki oleh Susan Kemana Susan berdiri dan duduk dia selalu mengikutinya, apa yang dikerjakan oleh Susan diapun ikut membantunya, namun Susan terlihat nyantai dilakukan seperti itu karena dia sudah terbiasa dan menganggap cowok itu hanya bergurau saja, lagian Susan juga sepertinya tidak ada perasaan apa apa terhadap cowok itu walaupun dia tahu kalau cowok itu termasuk orang yang terpandang didaerah sana. Akupun diajak bercanda oleh cowok itu.
“Fir, kalau abang pacaran dengan Susan cocok nggak?”. Tanya dia kepadaku.
“Waaw,,cocok banget bang, Susan nya cantik..dan abang nya ganteng, serasi banget”. Akupun melirik Susan dengan tersenyum. Cowok itupun tertawa melihat Susan yang ikut tersenyum tipis. Kebetulan didekat kami juga adiknya Susan yang dari tadi duduk menemaniku menyaksikan orang orang mendekorasi, namaya Yunani, dia anak yang baik dan cantik, nggak tau kenapa aku merasa dia sudah seperti adikku sendiri, padahal belum nyampe sehari aku disini tapi dia sudah begitu akrab denganku.
Tidak terasa waktu pun sudah menunjukan pukul 9 lewat, orang-orang dipentas masih belum selesai mendekorasi, akupun menghampiri Susan dan berbisik kepadanya.
“San, pulang yuk? Hari sudah larut malam nih..?”. Ajak ku kepada Susan. Sebenarnya aku belum mau ngajak Susan pulang kerena mungkin Susan maih pengen Bantu Bantu dekorasi jadi mungkin saja dia nggak enak sama teman temannya kalau dia pulang lebih cepat tapi karena aku juga merasa nggak enak sama orang orang yang hanya menyaksikan saja akhirnya ku coba untuk mengajak Susan pulang.
“Wah..gimana Fir ya… gimana kalau ntar lagi aja pulangnya, soalnya nggak enak sama teman teman, Fira udah ngantuk banget ya?”. Tany Susan.
“Pulang sama Yunani aja gimana? Nanti aku nyusul..”Balas Susan.
“Wah..kalau sama Yunani nggak berani aku San,”. Jawabku lagi.
“Ya deh, kalau gitu kita pulang sama sama.”. Lalu Susan pun memanggil Tika.
“Tika… kami pulang duluan ya!?”. Teriak Susan kepada Tika yang tengah sibuk,, jaraknya sekitar tiga meter dari kami.
“Lho… kok cepat sekali pulangnya…ni aja belum selesai kok udah mau pulang..?”! Balas Tika.
“Ni Fira nya mau ngajak pulang sekarang, soalnya hari udah larut malam..”
Ungkap Susan lagi.
“Belum lagi nyampe jam 10, ntar lah pulangnya..biar abang yang anterin kalian semua kerumah pake mobil abang”. Tiba tiba cowok yang suka sama Susan tadi angkat bicara, ternyata dia tidak jauh berdiri didekat kami.
“Nah..tuch udah ditawarin diantar pake mobil sama abang, nanti kita pulang sama sama ya Fir ya…duduk aja dulu ntar lagi kita pulang..”Bujuk Tika kepadaku.
Akupun berdiri disamping Susan dengan bersandar pada kayu panjang pagar pentas bagian belakang sambil melihat kesibukan orang orang, ku lihat disekililing pentas, ditempat tempat gelap ada beberapa cowok yang kemungkinan datang dari daerah luar, ada yang sedang berdiri dan duduk menghadap kerah pentas, kemungkinan mereka datang untuk melihat kegiatan para gadis yang berada diatas pentas.
“Hai.., kok bengong aja, udah ngantuk ya?” Tiba tiba ada suara cowok terdengar disampingku.
“Eh, abang… ya, lumayan nagntuk lah..?”. Jawabku singkat.
“Nginap dirumah nya Susan ya?”. Tanya dia lagi.
“Iya..”Jawabku lagi.
“Kapan tadi nyampe Masurai?” Trus kapan lagi berangkat kebangkonya?”.
“Tadi siang..pulang ke Bangkonya kemungkinan hari jumat”. Balasku dengan singkat.
“Ngomong ngomong sebelumnya sudah pernah kedaerah sini belum?”
“Belum bang, ini adalah pertama kalinya aku masuk daerah sini”. Jawabku.
Pembicaraan kami terus berlanjut hingga akhirnya dia minta nomor handphone ku, nggak tau kenapa aku pun merasa senang bisa berkenalan dengannya dan berada didekatnya, obrolan kami terasa nyambung, apalagi dimataku dia adalah seorang cowok yang ganteng, manis, dan ramah, akupun sampai merasa sedikit grogi berbicara dengannya. Mungkin diantara banyak cowok yang kulihat disana bagiku hanya dia yang telah membuat ku jatuh hati.
“Eh De, ngobrol aja kamu ni, kerja dong.. jangan enak enakan aja duduk disana”. Ujar Tika.
“Yee..tadi kan ku udah kerja, giliran dong.. tu kan banyak cowok cowok”. Jawab cowok yang dismapingku yang ternyata bernama Ade. Tak lama kemudian Susan yang dari tadi membantu teman temannya akhirnya menghampiriku.
“Ehmm…ehmm. Gimana udah selesai belum ngobrolnya? Kayaknya seru banget nih obrolannya, mau pulang sekarang atau belum nih?”. Ajak Susan sambil melemparkan senyumnya kepadaku.
“Oh iya, pulang sekarang aja yuk..!”. Balasku.
“Lho, kok cepat amat pulang nya, nanti aja San, aku masih mau ngobrol ngobrol nih ama Fira..” Bujuk bang Ade kepada Susan.
“Tapi hari udah larut malam nih bang, Fira nya udah ngantuk tuch,,yak an Fir?”. Bals Susan lagi.
“Sebenarnya udah nggak ngantuk lagi sih..tapi kalau Susan mau pulang sekarang ya lebih cepat lebih baik soalnya nggak enak jugs sama orangtuanya Susan pulang malam malam”.
“Nanti aja lah dek pulangnya…ya? Biar abang yang temenin adik disini”. Bujuk bang Ade kepadaku. Kemudian ada seorang cowok yang kelihatan umurnya cukup lumayan jauh diatas bang Ade, dia mengambilkan sebuah kursi.
“Ni dek, kursi buat adek, duduk aja disini ya.. ngobrol aja sama Ade disini”. Ujar cowok itu. Akupun jadi merasa terharu melihat kebaikannya, ternyata mereka begitu perhatian terhadapku..mereka semua sungguh benar benar menganggapku sebagai tamu disini. Setelah duduk diatas kursi aku dan bang Ade pun melanjutkan pembicaraan dengan ditemani Yunani yang juga duduk disebelahku. Bang Ade orangnya benar benar baik, dia juga berbasa basi mengajak ku untuk berkunjung kerumahnya dan membujukku untuk menetap lebih lama lagi di Masurai kalau perlu satu bulan saja tingga disini bujuknya.
Selang beberapa menit kemudian datang seseorang yang mengantarkan minuman teh hangat yang sudah dituangkan kedalam gelas untuk orang orang yang mendekorasi.
“Adek mau minum teh nggak?” Tawar bang Ade kepadaku, teh nya memang kebetulan tidak jauh diletakkan didepan kami.
“Nggak..nggak usah bang”. Balasku.
“Minum dek..?” Ajak cowok yang tadi telah mengambilkan kursi untukku.
“Nggak bang, makasih..”. Balsku singkat.
Tiba tiba cowok itu langsung saja mengambilkan satu gelas teh yang diletakkan didalam nampan yang kemudian dia berikan kepadaku. “Minum aja dek, nggak usah malu malu..?”Ungkapnya sambil menyodorkan gelas teh nya kepadaku. “Ade sih..nggak amu ambilin buat dia”. Canda cowok itu sambil tersenyum melirik kea rah bang ade.
“Tadi udah kutawarin tapi katanya nggak mau..?” Balas bang Ade.
“Ya… ade, langsung ambilin aja, nggak perlu lagi pake basa basi, mungkin aja dianya masih malu malu, yak kan dek?”. Ungkapnya. Akupun tersenyum aja mendengarnya. Karena nggak enak juga sudah diambilin, dan akhirnya kuminum juga teh nya.
Akhirnya tidak lama kemudian kami pun pulang dengan dianterin oleh abang yang tadi naksir sama Susan, dengan mobil pribadinya juga bersama dengan dua orang teman Susan, kami diantar menuju kerumah masing-masing. Sesampainya dirumah Susan kami langsung tidur dan besok paginya pada saat au terbangun pagi pagi sekali sudah terdengar kesibukan dirumah Susan, kedua adiknya Susan yaitu Roza dan Yunani akan pergi kesekolah, ternyata hari ini adalah hari penerimaan rapor disekolah mereka, dan ibunya Susan saat kami bangun dia sudah pergi membantu ibu ibu memasak dirumah tetangga yang akan mengadakan acara resepsi pernikahan nya hari ini, sedangkan ayahnya Susan yang pagi ini akan pergi kekebun motong karet yang merupakan mata pencaharian kebanyaan penduduk sana. Susan berencana akan mengajakku pergi keundangan resepsi pernikkahan temannya, kami akan pergi sekitar pukul sebelas siang. Menjelang siang kami bersantai santai dulu dirumah, sekitar puul sembilan sudah mulai terdengar musik organ tunggal dengan lagu lagu dangdut yang tengah dibawakan oleh biduan dan juga orang orang sana.
***
Waktu sudah menunjukan pukul sebelas, samara samara terdengar olehku ada bunyi motor yang berhenti didepan rumahnya Susan, tak lama kemudian terdengar suara seorang cewek.
“Assalamualaikum…., San… Susan.”. Suara itu semakin lantang terdengar dengan memanggil nama Susan dan kemudian memanggil namaku, aku pun penasaran dengan cewek itu, kok dia juga memanggil namaku berarti dia pasti juga mengenalku. Aku dan Susan pun segera keluar dari kamar untuk melihat siapakah cewek yang datang tersebut, sepertinya akupun sudah mulai mengenal suara itu… Sesampainya diluar ternyata benar dugaanku dia adalah Murni.
“Hai…. Hai.., lagi ngapain aja nih? Nggak pergi masuk undangan San??”. Ujarnya.
“Iya Mur, tapi ntar lagi lah berangkatnya” Jawab Susan.
“Kok Murni pulang??”. Tanyaku yang penasaran melihat kedatangan Murni.
“Pak Agung nya nggak jadi masuk Fir, trus yang sama Miss Mardalena ku bikin aja surat izin”. Balas Murni.
“Trus kapan tadi nyampe Masurai nya Mur?”. Tanyaku lagi
“Sekitar jam sepuluh lah.. setelah nyampe rumah langsung pergi ke kondangan teman”. Jawabnya.
“O jadi Murni ni habis dari sana ya?”
“Iya, o ya Fir main kerumahku yuk? Ajak Murni kepadaku.
“Beneran nih? Kalau aku sih pengen banget main kerumah Murni”. Jawabku senag.
“Yuk lah sekarang kita berangkat” Ajak Murni lagi.
Akupun segra ganti baju dan mengemasi pakaianku, kemudian aku pamit dengan Susan, ibu dan juga kakaknya yang kebetulan semuanya sedang ngumpul dirumah kecuali ayahnya yang belum pulang dari kebun. Setelah naik motor kami pun berangkat menuju rumahnya Murni, hanya sekitar lima menit kkami pun sampai. Rumahnya Murni terlihat sepi yang ada hanya kakak perempuannya, ternyata ibu dan ayahnya Murni sedang pergi kekebun. Rumahnya lumayan besar, ruangannya panjang kebelakang dengan perabotan dan hiasan hiasan didnding yang cukup membuat rumahnya kelihatan sedikit mewah. Ternyata Murni adalah anak bungsu dari empat bersaudara. Semua kakaknya adalah orang orang berpendidikan, di dinding rumahnya terpajang beberapa foto keluarga sehingga saya bisa melihat dan mengenali wajah wajah kakaknya.
Pada sore harinya kedua orangtua nya Murni pulang dari kebun, kakak cowoknya yang paling tua pun juga pulang dari kerja, juga kakak ipar suami dari kakak keduanya yang juga masih tinggal satu rumah bersama mereka, semua orang orang dirumah Murni sangat ramah dan baik, apalagi ayahnya yang juga senang bergurau, rumah juga terasa ramai dengan adanya dua keponakan Murni lengkap satu pasang cewek dan cowok, yang semuanya masih berumur dibawah lima tahun.
Setelah aku dan Murni selesai mandi kami berencana akan pergi melihat organ tunggal yang dikhususkan nagi anak anak muda disana, usai ganti baju dan dandan kami pun pamit dengan kedua orang tuanya Murni yang kebetulan lagi kedatangan tamu istimewa yaitu pak camat daerah Masurai yang siang tadi usai menghadiriresepsi pernikahan disana.
Sebelum melihat acara hiburannya aku dan Murni nyantai dahulu duduk diteras depan rumahnya Murni sambil melihat keramaian para pemuda yang semakin banyak berdatangan melihat acara hiburan organ tunggal, sekitar beberapa menit kemudian kulihat di handphone ku ada satu pesan masuk, setelah kubuka ternyata nomor baru, isi dari sms nya dia mengatakan kalau dia adalah temannya bang Ade yang tadi malam ikut mendekorasi, dia juga menyebutkan namanya, lantas akupun langsung menanayakan kepada Murni karena mungkin saja Murni mengenalnya, ternyata benar Murni bahkan sangat mengenal cowok itu karena rumahnya juga tidak jauh dari rumahnya Murni.
Akhirnya Murni menyuruhku untuk mengajak cowok itu main kerumah Murni, setelah sms ku kirim dia pun bilang mau, dan tak lama kemudian dia datang kedekat kami yang lagi duduk diteras rumah, kamipun bersalaman dan diapun duduk didekat Murni namun dia malah membelakangiku, aku pun tau kalau ternyata dia masih malu dan canggung untuk berhadapan denganku, cowok yang sedikit aneh bagiku karena biasnya cowok itu yang malah lebih berani menatap dan memandang kearah cewek hingga terkadang jutru aku yang sering dibuat canggung dan malu memandang kearah mereka. Kami pun tak lama lama duduk, usai ngobrol sebentar kami pun pergi ke acara nya yang sudah dimulai, dari tadi sudah terdengar musik yang mendendangkan lagu lagu dangdut khas dengan suara suara biduannya, sesampainya disana kami duduk tidak jauh dibelakang para penonton yang kebanyakan mereka berdiri didepan pentas, kami duduk tepatnya didepaan rumah pengantin ceweknya, disebelahku ada Murni, bang Ade yang juga baru datang bersama seorang temannya lagi.
Pada kesempatan ini kamipun ngobrol ngobrol lagi dengan bang Ade, mengulang pembicaraan yang malam sebelumnya pada saat mendekorasi, diapun membujukku lagi agar tidak cepat cepat pulang ke Bangko dan kalau bisa ditunda beberapa hari lagi, ku tau bang Ade emang orangnya suka merayu sehingga sering pula kubalas kata katanya dengan rayuan pula, ternyata obrolan kami didengar juga oleh Murni dan kakak perempuannya Murni yang ternyata dari tadi juga duduk didepan kami namun aku tidak menyangka karena ditempat kami duduk sedikit gelap sehingga hanya samar samara saj terlihat wajah wajah mereka.
Tak lama kemudian bang Ade pun pergi sebentar bersama kedua temannya tadi, setelah mereka beranjak pergi datang lagi dua orang cowok, awalnya tidak begitu jelas terlihat wajahnya namun setelah semakin mendekat ternyata dia adalah bang Hondy dan seorang temannya, diapun duduk disebelahku dikursi yang tadi ditempati oleh bang Ade, aku dan Murni pun berssalaman dengan temannya bang Hondy yang diperkenalkan olehnya, usai ngobrol ngobrol sebentar akhirnya mereka pergi lagi untuk melihat hiburan organ tunggalnya lebih dekat lagi. Tak lama kemudian datang lagi bang Ade dan temannya namun duduknya sedikit lebih jauh dariku, dia terlihat lesu, nggak tau kenapa dia sepertinya ku lihat sedang sibuk menekan nekan tombol HP nya, mungkin saja dia lagi sms2an dengan ceweknya, bisa jadi mereka lagi sedang ada masalah. Sebenarnya semenjak perjumpaan kami tadi malam pikiranku entah mengapa selalu terfikir kepadanya, dan sudah kuduga sepertinya diriku telah jatuh hati dengan pribadinya, malah aku sempat berharap untuk bisa lebih jauh lagi mengenalnya dan berharap semoga dia juga merasakan hal yang sama, namun setelah tadi siang tanpa sengaja kami bertemu dia lagi dan tak pernah terpikir olehku kalau ternyata bang Ade adalah mantan pacarnya Murni, sungguh kecewanya diriku mengetahui itu. Namun mereka Cuma mantan, tidak ada hubungan lagi, jadi aku masih bisa berharap untuk bisa memilikinya, tapi lagi agi aku kecewa setelah malam ini dia memperlihatkan kesibukannya dengan sms sms an di HP nya yang tentu saja dia lag isms sms an dengan pacarnya. Jadi aku pun sudah tidak ad alai harapan untuk bisa mengenalnya lebi jauh lagi.
Setelah beberapa jam kemudian aku dan Murni pun pulang, sesampainya dirumah kami pun tidur dengan nyenyak. Besok paginya kamipun bangun sekitar pukul 7, ku lihat Murni sudah tidak ada disebelahku, ternyata dia sedang ke dapur membantu ibunya memasak, tak lama kemudian Murni pun datang masuk kamar.
“Eh…Fir, udah bangun”. Tanya Murni kepadaku. “Iya Mur, ternyata aku tidur semalam nyenyak banget ya, sampai sampai aku bangun kesiangan”. Ungkapku. “Ya… kalau mau tidur lagi, tidur aja Fir, nggak apa apa kok”. Balas Murni. “Ya enggak lah Mur, masak dirumah orang seenaknya saja aku tidur kesiangan, mending aku ikut bantuin Murni, masih banyak nggak kerjaan Mur?”. Tanyaku. “Nggak kok Fir, kerjaan rumah udah selesai semua, kan dirumah bukan Cuma aku saja yang ngurus rumah, ada ibu sama kakak ku juga”. Jwab Murni. “Oh..jadi sekrang kita ngapain nih?” Tanyaku lagi. “Ya nggak ngapa ngapain, kalau Fira mau mandi duuan, mandi aja dulu.. Oh ya hari ini jadi Fira mau pulang bareng Susan?”. Tanya Murni. “Oh iya, aku lupa, ntar ya aku sms Susan dulu”. Akupun mengambil HP ku diatas kasur dan langsung sms Susan. Tak lama kemudian dia membalas sms ku. D isms nya dia bilang jadi. “Mur, kayaknya jadi kami pulang hari ini. Susan menyuruh aku siap siap dulu nanti dia jemput aku kesini. Terangku pada Murni. “O…ya udah, sekarang kalau Fira mau mandi, mandi aja duluna, handuknya Fira ambil aja didekat pintu itu ya soalnya aku mau keebelakang bentara nyuci piring, oke?” Terang Murni lagi. “Oke deh..kalau gitu aku mandi duluan ya..!”.
Usai mandi aku pun bersiap siap ganti baju, dandan dan kemudian mengemasi pakaian, disaat aku mau memasuki pakaian kedalam tas, ku lihat di HP ku ada nomor baru yang memanggil, HP ku memang sengaja tak ku aktifkan nadanya, setelah ku angkat telponnya ternyata suara seorang cowok, aku sama sekali tidak mengenal suara cowok itu karena baru kali ini dia menelponku, setelah kutanyakan siapa orangnya ternyata dia bernama Muksin, dia bilang dapat nomorku dari Susan. Aku pun baru ingat kalau sekitar dua hari yang lalu Susan pernah bilang kepadaku ada seorang cowok yang ingin mencari pacar namaya Muksin, Kebetulan aku juga sedang sendiri alias jomblo jadi akupun tidak keberatan kalau Susan ingin mengenalkanku dengannya, Kalau Susan akan memberikan nomorku kepadanya, dan dia baru menghubungiku sekarang, kami pun ngobrol ngobrol di HP hingga Murnipun masuk kekamar. “Ehmmmm…..ehm..lagi telponan sama cowoknya ya..?”. Canda Murni. “Bukan kok Mur, ni cowok baru hari ini kukenal, baru kali ini dia nelpon, aku dikenalin sama Susan, dia bilang juga kenal sama Murni”. Balasku dengan sedikit berbisik. “Emang siapa namanya?”. Tanya Murni. “Namanya Muksin”. Jawabku. “Ohh..bang Muksin ya, ya iyalah aku kenal”. Balas Murni lagi. “Orang Dusun Tuo kan?”. “Iya”. Jawabku. “Rumahnya nggak jauh kok Fir dari rumahku di BTN”. Balas Murni. “Oh gitu ya MUr”. Balsku pula. “Nanti kalau Fira udan nyampe Bangko ajak aja dia ketemuan dirumah biar Fira bisa lihat langsung orangnya”. Suruh Murni. Dan cowok itupun sepakat untuk ketemuan di Bangko setelah nanti kami nyampe Bangko sama Susan, akhirnya telpon pun ditutup. Ku lihat di HP ku ada sms baru masuk, ternyata Susan, dia bilang kalau berangkat ke Bangko nya ditunda habis shalat Jumat, akupun setuju saja.
Setelah beberapa jam menunggu akhirnya Susan datang menjemputku dirumah Murni sekitar pukul 1 lewat, dan aku pun pamit dengan Murni, kedua orang tuanya juga kakak kakaknya yang kebetulan sedang berada dirumah semua karena di daerah Masurai pada hari ini yaitu hari jumat adalah hari libur atau hari pasarnya masyarakat sini.
Aku dan Susan pun berangkat, cuaca hari ini sangat bagus namun terik sinar matahari begutu terasa panas pada hari ini tapi beruntung diperjalanan menuju ke BANGKO disetiap jalan yang kami tempuh masih ditumbuhi oleh hutan dan pohon pohon serta perbukitan yang dapat membantu menghalangi panasnya cahaya matahari, akupun sangat menikmati pemandangan alam daerah sini, saat sedang diperjalanan. “Oh ya Fir, tadi bang Sahidi ada sms kamu nggak?”. Tanya Susan. “O iya ya, hamper aja aku lupa San, tadi dia sms aku katanya nanti mau ngajak kita ketemuan di Siau sekalian mau ketemu sama Anto. Susan masih ingat kan sama cowok bernama Anto yang aku billing kemarin?”. Tanyaku. “O….yang bernama Ano itu ya? Fira sms aja cowok itu sekarang, bilang kita udah mau nyampe Siau nih, kita nungguin mereka nanti dijembatan Siau”. Suruh Susan kepadaku. Akupun segera sms bang Sahidi.
Tidak lama kemudian kami pun sampai disebuaha jembatan yang cukup besar jalannya dan berpagarkan besi dan beton. Setelah turun dari motor terlihat belum ada seorangpun disana, akupun disuruh Susan untuk sms mereka lagi dan bilang kalau kami udah nyampe dijembatan. Tidak lama setelah sms terkirim, bang Sahidi pun datang bersama dengan seorang temannya, yang semula aku kira adalah temannya yang bernama Anto tapi ternyata setelah motornya berhenti dihadapan kami yang kulihat itu bukan Anto tapi itu adalah bang Maskur cowok yang pernah kukenal sebelumnya, juga lewat bang Sahidi. Waktu itu aku minta dicariin pacar sama temanku yang bernama Santi yang saat itu berpacaran dengan bang Sahidi. Tapi sayangnya setelah ketemuan aku sama sekali tidak tertarik dengannya padahal saat itu dia pernah bilang ke Santi kalau dia suka denganku tapi dia tidak berani mengungkapkannya kepadaku secara langsung dan akhirnya ku tolak cintanya secara baik baik melalui Santi.
Setelah mereka berdua turun dari motornya kamipun bersalaman. “Ini ya yang namanya Fira?”. Tanyanya. “Iya, bang Sahidi ya?”Tanyaku balik. “Iya benar, saya bang Sahidi”. Balasnya. Lalu kemudian akupun berjabat tangan dengan bang Maskur. “Hai, apa kabar?” Tanyaku kepadanya. “Ya… seperti inilah kabar abang, Fira sendiri gimana kabarnya?”. Diapun bertanya balik. “Alhamdulillah baik, oh ya mana bang Anto nya? Katanya mau ketemuan tapi kok kenapa dia nggak datang?”. Tanyaku lagi. “Tadi abang udah telpon dia, katanya sbentar lagi dia datang, searang dia lagi diperjalanan mau kesini”. Balas bang Sahidi. “Oh… emang dia nggak nyopir hari ini?”. Tanyaku lagi. “Nggak tau juga abang dek, mungin dia udah nyopir pagi tadi dan sekarang udah pulang”. Balas nya lagi.
Setelah ditunggu tunggu bang Anto belum juga datang, Susan kulihat sudah mulai kesal lama menunggu. “Gimana nih bang, jadi nggak teman abang itu datang? Udah lama nih nungguin kok nggak datang datang juga”. Ungkap Susan. “Tau nih Anto, lama banget datangnya. Coba Fira telpon dia langsung, tanyain lagi dimana dia sekarang”. Suruh bang Sahidi kepadaku. Akupun mencari nomor bang Anto dan langsung menelpon dia. “Tuiiiit….tuiiit…” Hallo….” Terdengar suara bang Anto diseberang sana. “Halo, lagi dimana sekarang bang? Jadi nggak nih ketemuannya?”. Tanyaku. “Iya..ya…dek, ni abang lagi diperjalanan mau menuju kesana, tunggu ya dek ntar lagi abang datang”. Balasnya. “ Iya ya, tapi yang cepat ya?!”. Jawabku lagi. “Oke, pokoknya adek tungguin aja disana..”.
Tidak lama kemudian diapun datang dengan menggendarai sebuah mobil dan disampingnya terlihat seorang bapak bapak, diapun segera turun dan menghampiri kami, dari mulai dia turun dari mobil kuperhatikan dengan jelas wajah dan postur tubuhnya, orangnya lumayan tinggi, setelah dia berada didepanku, diapun mengulurkan tangannya dan kami pun berjabat tangan, aku pun melemparkan senyum kepadanya, diapun juga membalas dengan senyuman dengan sedikit tertawa. “Udah lama ya nunggunya?” Tanya nya. “Yaaa.. lumayan lah”. Balasku. Kok main ke Masurai nggak bilang bilang, kalau abang tau adek ada di Masurai semalam kan abang bisa main ketempat adek, semalam ada acara kan disana? Adek sih..udah sombong banget sekarang”. Ungkapnya. “Iya, semalam lupa mau ngasih tau abang, nggak teringat lagi sama abang”. Balasku. “O…jadi sekarang udah nggak ingat lagi ya sama abang..? Canda nya. “Ya nggak bermaksud seperti itu juga sih bang”. Balasku. “Trus adek sekarang mau langsung pulang ke Bangko ya?”. Tanya nya. “Iya nih bang soalnya Susan buru buru nih mau ngajak pulang sekarang takut nanti kesorean nyampe Bangko, dan takut juga kalau nanti tiba tiba cuaca mendung jadi kami takut nanti kehujanan dijalan”. Balasku.
“Oh ya udah…hati hati aja dijalan ya?”. Balasnya. “Iya bang, ya udah kalau gitu kami berangkat dulu ya bang?!”. Ucapku. Dan kami pun berangkat. Diperjalanan selama menuju ke Bangko beruntung sekali cuaca sangat sangat mendukung sehingga tepat pukul lima kami sudah nyampe di Bangko dirumahnya Murni dan Susan. Setelah masuk ruamah kami langsung kekamar Susan untuk meletakkan tas kami yang berisi pakaian. Tak lama saat aku mau mengganti pakaian tiba tiba HP ku berbunyi, yang memanggil adalah bang Anto. “Halo Assalamualaikum..” Akupun mengangkat telponnya. “Walaikumsalam, gimana dek udah nyampe BANGKO belum?” Tanya nya. “ Alhamdulillah baru aja nyampe bang”. Balasku. “Gimana dek, mau nggak?” Ungkapnya. “Maksud abang nih mau apaan?” Akupun pura pura nggak tau padahal aku sudah tau maksud dari pernyataannya. “Yaa…adek, masak nggak ngerti sih? Tadi kita kan udah ketemu, abang tu pengen banget jadi pacar adek, setelah tadi abang lihat adek abang tu langsung jatuh cinta, senyum adek tu manis banget, rasanya nggak puas tadi ketemu sama adek”. Ungkapnya lagi. “Waduuh…keluar deh gombalnya. Masak sih senyum sejelek ini dibilang manis, abang ni ada ada saja”. Balasku. “Beneran dek, abang nggak bohong, rasanya abang nggak sabar lagi nunggu jawaban dari adek, gimana mau nggak?”. Pinta nya. “Wah…gimana ya bang, kayaknya perlu pertimbangan dulu nih, kasih waktu satu minggu ya bang buat mempertimbangkan keputusan ini soalnya adek masih ragu, nanti takut ngecewain abang”. Jawabku . “Ya udah….nggak apa apa dek, abang akan tunggu jawaban dari adek, hari ini kan tanggal 25, satu minggu lagi berarti bertepatan dengan tanggal satu januari, abang harap adek mau nerima abang biar nanti malam tahun baru abang main kebangko ngajak adek jalan, mau nggak?” Harapnya. “Insya allah ya bang”. Balasku singkat. “Ya udah kalau begitu adek istirahat aja dulu, pasti capek kan dari perjalanan jauh tadi?”. Ucapnya. “Ya, lumayan capek juga sih bang”. Balasku lagi. “Udah makan belum nih??”. Tanya nya. “Belum bang, nih baru mau masak sama Susan”. Balsku lagi. “Ya udah..kalau gitu abang tutup dulu telponnya ya…assalamualaikum..”. “Waalaikumsalam”. Balasku.
Usai nelpon aku dan Susan pun segera kedapur untuk masak nasi dan sambal, sambil menunggu nasi masak diatas kompor, aku mengiriskan bawang sedangkan Susan kebagian yang menggiling cabe. Tak lama setelah itu terdengar suara seorang cowok memanggil dengan mengucapkan salam dari luar sambil menegetok ngetok pintu. Akupun disuruh oleh Susan untuk membukakan pintu karena dia sedang menggiling cabe, aku pun segera bangkit dan berjalan kearah pintu. Dibenakku tiba tiba teringat dengan seorang cowok yang tadi siang menelponku, yang rumahnya tidak jauh dari sini, yaitu bang Muksin. Perkiraanu sudah menyangka pasti dia yang datang, karena siang tadi kami sepakat untuk ketemu setelah aku nyampe Banngko. Mana tau aja dia tau dari Susan kalau kami udah nyampe Bangko. Akupun membukakan pitu perlahan, terlihat lah seorang cowok didepanku yang memakai baju kemeja putih dan celana dasar berwarna hitam, dari awal aku sudah mengira kemunginan dial ah orangnya. “Lumayan ganteng”. Pikirku. Akupun termenung sambil sebentar memandang kearahnya, diapun memandang kearahku karena posisiku tepat berada didepan pintu, karena masih bingung dan belum sempat mau ngomong Susan pun berteriak dari belakang. “Siapa Fir?” Tanya Susan yang nggak jauh berada dibelakangku. Sambil membukakan pintu lebar lebar aku pun berbalik arah menghadap kearah Susan dan sedikit bergeser ketepi dengan bermaksud agar Susan dapat melihat langsung kearah cowok itu. “Permisi, maaf ya ganggu, boleh pinjam sapu nggak? Untuk bersihin rumah kotor banget, kami baru pindah sore ini jadi belum ada sapu”. Ungkap cowok itu. “Boleh, emang rumahnya dimana?” Tanya Susan. “Nggak jauh kok dari sini, kita tetanggaan kok, rumah abang dibelakang”. Jawabnya. Aku pun berjalan kearah Susan untuk kebelakang melihat nasi yang mungkin sudah matang agar setelah ini bisa langsung segera masak sambal dan biar cepat makannya. Setelah Susan mengambilkan sapu dan memberikannya kepada cowok tsb. “Oh ya kita belum kenalan, gimana kalau nanti usai mandi abang main kesini lagi, soalnya mau bersihin rumah dulu, ya..boleh ya?” Pinta nya. “O Iya boleh kok, kita kan tetanggaan jadi emang harus saling mengenal”. Balas Susan.
Cowok itupun pergi, setelah habis maghrib..usai shalat dan makan, tiba tiba hujan turun deras tapi tidak lama, nggak lama saat hujan mulai mereda terdengar lagi ada suara memanggil dari luar sambil mengetok ngetok pintu dan Susan pun berdiri membukakan pintu, saat pintu terbuka ternyata yang muncul adalah cowok tadi. Susan pun mempersilahkan dia masuk, dan dia pun duduk tidak jauh dari tempat ku duduk, saat Susan juga mau duduk disebelahu tiba tiba handphone nya berbunyi. “Oh ya, duduk aja dulu bang ya, Susan mau angkat telpon dulu, ngobrol ngobrol aja dulu sama Fira”. Ungkpa Susan sambil mengangkat telpon dan kemudian dia masuk kekamar. “Oh ya kenalan dulu dek, nama abang Pondari”. Sambil mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan denganku, aku pun menjabat tangannya dan menyebutkan namaku.
Kami pun memulai pembicaraan dengan saling bertanya tentang diri masing masing, ternyata dia orangnya sangat asyik, dia humoris dan tidak sombong, dia juga orangnya terbuka dan suka merendahkan diri dengan keadaan dan bentuk fisiknya yang tidak terlalu buruk bagiku, malahan aku sudah mulai tertarik dengannya yang berkepribadian menarik bagiku karena pada dia lah tipe atau criteria cowok yang selama ini ku cari dan kutunggu yaitu cowok yang manis dan humoris. Dan akhirnya kami pun jadian tepat pada tanggal 1 Januari 2010.
“PETUALANGAN CINTA DALAM PERJALANAN”
Terkadang Cinta datang bertubi tubi…
Tak kenal waktu dan tempat, kapan dan dimana
Di tengah jalan, dipersimpanagan dan dimana pun
Semua akan berawal dengan Indah…
Terkadang Cinta perlu dicari, perlu dicoba dan di teliti
Karena akan ada perjalanan yang Indah dalam berpetualang mencari Cinta
Terkadang Cinta hanya manis disaat pertemuan
Yang berawal dengan Indah dan berlalu dengan kejenuhan
Terkadang Cinta itu menyulitkan
Sulit di utarakan, sulit disatukan dan Sulit Dilupakan..
Dalam kisah ini berisi petualanganku yang indah dan mengesankan..
Perjalanan ini membawaku menemukan banyak cinta…
Pertemuan ku bersama mereka melahirkan banyak cerita meskipun sementara..
Tapi sulit untuk dilupakan..
Aku bersyukur tuhan telah memberiku jalan dan kesempatan disaat yang tepat..
Ini akan menjadi sebuah pengalaman dan pelajaran yang teramat berharga
Dan juga berarti dalam hidupku..
# Sekali mengenalmu tapi Selamanya tak akan terlupakan olehku #
# Bukan pertemuan yang indah jika tak ada tatapan yang menggoda dimatamu, semua keindahan ada pada dirimu kecuali kata cinta yang tak pernah terdengar indah ditelingaku #
*Sepertinya harapan untuk memelikinya adalah keangkuhan hasratku yang tak pernah hilang, memperpanjang kerinduan yang entah sampai kapan akan tercapai, hanya mampu menggapai sebatas impian, hanya mampu berandai dalam bayangan, jiwa ini sudah terlalu lelah berangan angan, rasanya raga ini pun juga sudah berat untuk melangkah*
Sebuah Kisah Nyata.............
By : Faira Afzazs (2010)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar